Infoberita.id — Hingga saat ini virus corona masih menimpa seantero dunia, tidak terkecuali indonesia. Sampai seluruh penjuru nusantara ini pun tidak bisa terlepas dari bahaya virus corona. Berbagai negara pun terus berupaya untuk mengatasi persoalan wabah corona ini.
Sama halnya dengan negara-negara lainnya, indonesia juga terus berupaya untuk segera mengatasi wabah corona yang tidak ada habisnya, baik dari tim medis yang terus di gencarkan untuk mencari vaksin, hingga pemerintah pun mengeluarkan kebijakan sebagai upaya meminimalisir atau bahkan memutus mata rantai penyebaran virus corona dengan cara penggunaan masker tiap bepergian, jaga jarak, pertemuan secara langsung dengan jumlah terbatas, juga karantina kesehatan tiap wilayah. segala aktifitas menjadi virtual, mulai dari pertemuan-pertemuan virtual sampai sekolah virtual. serta banyak tempat-tempat yang harus terpaksa ditutup seperti mall, tempat wisata, dan ruang perputaran ekonomi lainnya, bahkan sekolahan.
Tapi saat ini berbagai tempat yang awalnya di tutup kini sudah di perbolehkan buka, dengan syarat menggunakan protokol kesehatan yang telah di tetapkan. Namun anehnya, sekolahan masih saja di tutup dengan dalih menjaga peserta didik agar terhindar dari virus corona. maka dengan terpaksa peserta didik harus melakukan metode pembelajaran virtual dari rumah untuk melanjutkan materi-materi pendidikan mereka.
Pada akhir tahun 2020 terhembus angin segar dari dunia pendidikan karena akan di laksanakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di beberapa daerah pada awal januari tahun 2021, namun lagi-lagi dengan terpaksa pembelajaran secara tatap muka kembali di TUNDA.
Hal ini membuat geram, jika tempat wisata, mall dan tempat hiburan lainnya sudah bisa di buka dengan syarat melakukan protokol kesehatan corona, lantas kenapa sekolah tidak bisa di buka kembali dengan menjalankan protokol kesehatan ? apa hanya di sekolahan tempat paling berbahaya dalam penyebaran virus corona? atau bagaimana ?.
Rupa-rupanya pertimbangan pemerintah tidak menutup mall, wisata, tempat hiburan dan tempat- tempat perputaran ekonomi lainnya hanya demi menjaga stabilitas ekonomi negara. Apakah pemerintah tidak khawatir akan merosotnya kualitas pendidikan indonesia? Karena dengan di berlakukannya pembelajaran dari rumah, secara online membuat peserta didik lebih banyak bermain gadget ketimbang membaca buku pelajarannya.
Pada kenyataannya saat sekolah di tutup dan di berlakukannya belajar di rumah dengan alasan agar peserta didik tidak berkerumun, tidak melakukan interaksi secara langsung dengan banyak orang, Tapi peserta didik malah berkerumun dan berinteraksi secara langsung di tempat wisata dan tempat hiburan lainnya.
Ya begitulah, pada akhirnya peserta didik berkerumun juga, hanya saja tempatnya yang berbeda.
Memang seharusnya, kalau tempat wisata dan tempat-tempat perputaran ekonomi lainnya boleh di buka dengan protokol kesehatan, Sekolah pun harus segera di BUKA dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Jangan sampai pemerintah hanya lebih mementingkan menjaga stabilitas ekonomi saja. Tapi pemerintah juga harus lebih memperhatikan nasib peserta didik yang sudah lama belajar di rumah, atas dasar banyaknya keluhan akibat kurang efektifnya pembelajaran online yang di terapkan di indonesia.
Penulis : Al
Editor : Official_PMII_Lamsel